29 April 2018 | Arsitektur

Pentingnya Pengelolaan Air Bersih

  • Oleh FX Bambang Suskiyatno, MT, IAI

Selamasatu dekade terakhir banyak bencana yang disebabkan oleh air yang berasal dari hujan seperti banjir, longsor dan air bah. Keadaan ini lebih disebabkan oleh air hujan yang tidak dikelola dengan semestinya. Hampir semua air hujan yang turun diwilayah perkotaan terbuang percuma ke drainage lingkungan, sungai dan bermuara ke laut.

Di sisi lain masyarakat menganggap bahwa air hujan adalah air langit yang turun atas karunia ilahi untuk kebutuhan hidup semua mahluk di bumi. Pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dunia menyebabkan musim penghujan yang pendek dengan intensitas rendah namun dengan jumlah curah hujan yang tinggi.

Menurut siklus alam, air hujan adalah air murni hasil penguapan oleh radiasi matahari, yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih untuk kebutuhan hidupkita sehari hari. Pengelolaan air hujan sebagai air bersih dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat secara rumah per rumah maupun kelompok rurah.

Pemurnian air hujan bisa menggantikan dan menghemat pemakaian air dari sumber PDAM yang melalui proses pemurnian dan membutuhkan banyak energi buatan, maupun sumber air tanah yang berdampak buruk pada lingkungan. Alih alih mendukung program pemerintah yang berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sampai 29?ngan usaha sendiri pada COP2017 untuk menahan laju kenaikan suhu global 2? C sampai akhir abad ini.

Pemanfaatan air hujan sebagai air bersih pada skala rumah tinggal bila dilakukan secara maksimal dapat memenuhi kebutuhan selama setengah tahun, yang berarti penghematan biaya secara signifikan. Air hujan menjadi kotor saat jatuh karena mengikat banyak polutan di udara yang tercemar dan menimpa suatu bidang yang kotor. Unsur polutan udara yamg sering dijumpai adalah zat kimia Mangan (Mn) yang banyak berasal dari industri dan bakteri Coliform yang banyak berasal dari kotoran burung.

Mengikat Polutan

Terdapat media filtrasi yang alami yang dapat mereduksi polutan Mangan (Mn) di dalam air hujan, adalah batu Zeolit, yang dapat mengikat dan melepaskan polutan tersebut dari air. Secara lengkap, media filtrasi yang sebaiknya digunakan antara lain kerikil atau dapat juga bioball untuk menghambat secara fisik kotoran-kotoran yang cukup besar.

Arang (carbon) aktif untuk menetralisir kandungan mikro organism yang bersifat racun ringan dan bau, Dackron untuk menghambat partikel-partikel kotoran yang kecil, batu Zeolit, dan pasir Silica untuk menghambat secara fisik partikel-partikel mikro.ataupun berbentuk koloid. Disarankan bahwa air hujan dilewatkan pada media filtrasi ini dengan kecepatan yang cukup lambat dengan memanfaatkan grafitasi agar terjadi proses penyaringan yang optimal.

Secara utuh skema pemurnian air hujan menjadi air bersih adalah, air hujan dipanen melalui bidang panen yang tidak banyak mengandung kotoran seperti atap bangunan yang mampu menangkap air hujan dalam jumlah banyak. Air hujan pertama di awal musim penghujan setelah musim kemarau berakhir harus dibuang karena diasumsikan untuk membersihkan udara dan mencuci bidang atap yang kotor selama musim kemarau.

Torong pada talang sebaiknya di lengkapi dengan kawat kasa untuk menghambat ranting dan daun-daun sebagai pengotor air hujan. Selanjutnya air hujan ditampung dan dilewatkan pada media filtrasi seperti dijelaskan diatas dan ditampung kembali pada wadah yang lain untuk siap digunakan sebagai air bersih. Ingat bahwa pemurnian ini berhenti sebagai air bersih saja yang dapat dimanfaatkan sebagai siram tanaman, mandi, cuci atau , mengguyur kotoran.

Bila akan ditingkatkan sebagai air minum, untuk mematikan mikro organisma terutama bakteri Coliform, diperlukan proses pemanasan hingga 70?-100? C atau melewatkannya pada media filtrasi yang lain, menggunakan membrane berukuran mikro. Maupun filtrasi Reverse Osmosis dengan membrane berukuran nano.(63)