30 April 2018 | Solo Metro

FSRD UNS Beri Pelatihan Sablon Artistik

  • Berdayakan Remaja sekitar Kampus

SOLO- Bisnis sablon selalu dinamis dan peluang usahanya juga masih terbuka lebar sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda. Berkait kondisi tersebut, Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) memberikan pelatihan sablon pada para remaja di sekitar kampus. Dosen Seni Grafis Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS), Dyah Yuni Kurniawati mengemukakan, selain bentuk pengabdian pada masyarakat sekitar kampus, hal itu juga memupuk jiwa wirausaha remaja. ”Karena bisnis sablon ini masih jadi peluang bisnis potensial dan diminati remaja,” kata Dyah di sela acara Pelatihan Sablon Artistik di aula Kecamatan Jebres.

Dikemukakan, tren sablon inovasi bisnis yang saat ini sedang naik daun adalah sablon artistik atau sablon yang nyeni dan unik serta bernilai seni tinggi. Dyah menambahkan sablon artistik paling banyak diminati dalam bentuk suvenir. Mulai dari suvenir pernikahan, hadiah wisuda, sampai souvenir instansi swasta dan pemerintahan. Pembuatan sablon artistik biasanya dikolaborasikan dengan teknik lain ”Kami menjaring kreativitas anak muda untuk membuat sablon yang antimainstream. Tak hanya dengan media kaos, bisa juga menggunakan media lain seperti skraf, slayer, dan media lain yang belum digarap pasar,” paparnya.

Yang lebih menarik, sablon artistik dibuat limited edition arau bahkan personal. Yaitu satu pesanan dengan satu desain. Jadi tidak akan sama dengan sablon lainnya yang membuat konsumen lebbih tertarik. Namun tantangannya, sablon tersebut memerlukan kreativitas desainer. Sebagai informasi, sablon adalah salah satu teknik proses cetak menggunakan screen dengan kerapatan tertentu. Biasanya menggunakan media kain berbahan dasar nylon atau sutra. Kain direntangkan dengan kuat agar menghasilkan layar dan hasil cetakan yang datar. Setelah diberi fotoresis dan disinari, akan terbentuk bagian-bagian yang bisa dilalui tinta. Proses cetak dengan menuangkan tinta di atas screen. Kemudian disapu menggunakan palet atau rakel terbuat dari karet. Satu layar digunakan untuk satu warna.

Dyah berharap, usai pelatihan akan ada wirausawan muda yang tertarik berbisnis sablon artistik. ”Kami juga membuka konsultasi mengenai sablon dan peluang yang akan didapatkan. Karena mahasiswa harus kreatif sejak dini. Harus bisa membuka peluang usaha yang bisa menghidupinya. Mereka tidak hanya kuliah saja. Tapi juga harus ada nilai plus, yakni keterampilan. Ini bisa menjadi alternatif melanjutkan hidup dengan berwirausaha,” paparnya.

Lanjut Dyah, pelatihan ini juga bertujuan untuk menghimpun para pemuda untuk terus berkontribusi dalam menciptakan iklim pemberdayaan pemuda yang mandiri dan sejahtera. Pelatihan tersebut menurutnya diikuti oleh lebih dari 100 peserta. Terdiri dari mahasiswa UNS, pemuda sekitar kampus.(G18-20)