image
28 Maret 2018 | Hello Kampus

Membangun Kampus Berwawasan Lingkungan

Universitas Sains Alquran (Unsiq) menjadi salah satu kampus hijau di Jateng yang berdiri diatas lahan tanpa polusi. Mata air jernih yang melimpah, terpayungi pohon rindang di setiap sudut kampus. Pengembangan eko-kampus adalah konsep pengelolaan lingkungan hidup di wilayah kampus dengan melibatkan semua civitas academica.

Menurut Ketua Lembaga Penelitian Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unsiq Jateng, Sri Haryanto, konsep eko-kampus didasarkan pada pemikiran sulitnya masalah lingkungan dipecahkan secara parsial.

Pelibatan mahasiswa secara aktif agar mereka mempunyai kesadaran dalam hal pengelolaan lingkungan, meningkatkan interaksi mahasiswa dan lingkungan.

”Mahasiswa yang melakukan pengabdian masyarakat di Kabupaten Demak pada Maret ini, sedang mempraktekkan tranfer pendidikan lingkungan. Di sana mereka mendampingi masyarakat mengolah sampah dengan baik dan menjaga lingkungan kampung dengan benar,” tuturnya.

Berupaya Maksimal

Kemampuan mengolah sampah organik dan nonorganik didapatkan mahasiswa sebelum berangkat ke Demak. Sebanyak 830 mahasiswa diterjunkan di 58 desa yang tersebar di tiga kecamatan. Mereka ini akan fokus menangani permasalahan lingkungan dan pengolahan sampah.

Haryanto menambahkan, universitasnya berupaya maksimal melakukan pendampingan utuh termasuk bagaimana menghidupkan pola hidup bersih. Pembekalan program sanitasi mahasiswa oleh tenaga ahli, dan pengolahan sampah oleh pemerintah daerah.

”Demak dipilih karena sanitasi dan pengolahan sampah di sana masih perlu pendampingan. Teman-teman mahasiswa saya kira akan lebih mudah memberi masukan warga karena sama-sama memiliki latar belakang santri,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan eko-kampus ini, lanjut Haryanto, diperlukan langkah nyata secara berkesinambungan, dengan merangkul semua pihak.

Setiap ada kesempatan, mahasiswa Unsiq diminta menyelipkan pesan lingkungan dalam bingkai ajaran agama. Pendidikan lingkungan dilakukan di dalam dan luar kampus.

”Kami memadukan disiplin ilmu agama dan sains dalam kontribusi pengelolaan lingkungan hidup yang baik akan memberikan dampak yang positif bagi dunia pendidikan di Wonosobo dan Jateng pada umumnya,” katanya.

Dijelaskan penanaman kesadaran untuk mengelola dan menjaga lingkungan yang berawal dari kampus, akan menjadi pijakan awal bagi mahasiswa setelah mereka lulus nanti.

Di samping itu, peran utama perguruan tinggi adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara total. Hal itu hanya akan berhasil bila didukung oleh semua pemangku kebijakan. Solusi yang dilakukan yaitu menyediakan tenaga terampil dan pemeliharaan bekerja sama dengan dinas terkait.

Pemikiran secara global-holistic dalam pengelolaan lingkungan dalam kaitan menjawab tantangan globalisasi atau menjadi ujung tombak dalam pembangunan bangsa. Setiap hari, santri mendapatkan pencerahan tentang ajaran-ajaran agama di mana merawat bumi sebagai salah satu ibadah.(65)

 

Teks dan Foto: Edy Purnomo
Penyunting: Wahyu Wijayanto