image

Penampilan grup paduan suara Matuari dengan alat musik Kulintang dalam perayaan Natal dan Konci Taon 2017 dan Taon Baru 2018.  (suaramerdeka.com/ Royce Wijaya)

27 Januari 2018 | 14:19 WIB | Semarang Metro

Tak Melupakan Budaya, Pakaian Adat, dan Kuliner Manado

Mapalus Maesa Semarang Rayakan Natal

SEMARANG, suaramerdeka.com -  Perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 perkumpulan sosial masyarakat Manado di Semarang meriah. Meski diadakan di Kota Lunpia, namun perayaan Natal serasa berada di kampung halaman Manado sendiri. Sebab, tari-tarian, lagu, alat musik, serta kulinernya benar-benar khas dan asli Manado. 

Ratusan masyarakat Manado yang menghadiri Natal di Gedung Wisma Bakti, Jl KH Ahmad Dahlan, Semarang seperti mengenang kembali serta tak melupakan adat dan budaya sendiri. 

"Perayaan Natal 2017 memang dilaksanakan Januari 2018, tapi ini jadi kebiasaan masyarakat Minahasa yang menganggap bulan Januari ini masih ada di tahun 2017. Bahkan, desa-desa (Minahasa-red) masih merayakannya (Natal-red) tiap minggu, dalam tradisi Minahasa ini disebut Konci Taon," jelas Pendeta Hendrik Masemgi, ketua Mapalus Maesa Semarang saat memberikan sambutan dalam acara Natal dan Konci Taon 2017 serta Taon Baru 2018.   

Hendrik yang juga Ketua Kerukunan Keluarga Kawanua (K3) Jateng dan DIY ini juga mengingatkan arti Mapalus Maesa, yakni satu tujuan, pola pikir, dan kehendak yang tak dapat dipisahkan. Karenanya, ia terus meminta masyarakat Manado yang kini tinggal di Semarang untuk tetap belajar rendah hati dan lemah lembut dalam ikatan damai sejahtera. Di awal pembukaan acara, tamu undangan sudah dihibur penampilan Tari Kabasaran, tari penjemputan tamu adat Sulawesi Utara. 

Selanjutnya, ada penampilan musik anak SD Antonius II Banyumanik, serta grup paduan suara Matuari binaan Monthy AG Kainde dan Devie Walangitan. Selain itu ada Tari Katrili menampilkan pasangan laki-laki dan wanita yang dibawakan mahasiswa UKSW Salatiga asal Manado. Penampilan grup Matuari juga istimewa karena anggotanya mengenakan pakaian adat Minahasa, Tonas Wangko dan alat musik daerahnya, Kulintang. 

"Grup Matuari ini milik perkumpulan sosial Mapalus Maesa Semarang. Grup ini misinya melestarikan seni dan budaya Sulawesi Utara, lagu yang ditampilkan ialah Opo Wananatase, O Ina Ni Keke, Minahasa, Patokaan, dan Torang Samua Basudara," jelas Monthy didampingi ketua panitia Jimmy Sumakud. 

Turut hadir perwakilan Pemkot Semarang Bambang Suranggono, tak lain Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Semarang. Acara ditutup pesta kuliner khas daerah seperti rica-rica, masakan olahan daging atau ikan Wokubelanga, sayur daun dan bunga pepaya, pangut, serta sayut dari jantung pisang.

(Royce Wijaya /SMNetwork /CN33 )

NEWS TERKINI