image

foto: suaramerdeka.com/Puthut Ami Luhur

30 April 2018 | 20:45 WIB | Semarang Metro

Perpustakaan Menjadi Trigger Konten Lokal pada Era Distruptive

SEMARANG, suaramerdeka.com– Perkembangan teknologi memengaruhi banyak hal, perpustakaan dan pustakawan di dalamnya, mengalami pergeseran fungsi. Menurut Rektor Unika Soegijapranata, Prof Dr Ridwan Sanjaya, dulu perpustakaan pada awal-awalnya lebih banyak mendistribusikan kekayaan pustaka di mana orang akan banyak belajar.

“Kemudian ada evolusi di mana berbagai macam teknologi web 2.0 berkembang sehingga akhirnya terjadi differentiasi jenis pustaka, pustaka digital semakin banyak. Sehingga pada saat itu perpustakaan berfokus pada bagaimana melayani pemustaka agar terpenuhi kebutuhannya, melalui e-book, e-jurnal dan lain sebagainya disamping buku-buku yang telah ada,” kata Ridwan, dalam Seminar Nasional Call for Papers “Kompetensi Kepustakawanan di Era Digital dalam Mendukung Knowledge Management dan Karya Ilmiah” di ruang teather Gedung Thomas Aquinas Unika Soegijapranata Semarang, Senin (30/4).

Setelah evolusi library 2.0, kemudian muncul library 3.0. Di mana ada teknologi-teknologi lainnya yang tidak sekadar dari web muncul untuk bisa membantu pemustaka mendapatkan pengetahuannya. Pada era ini fokus pada dunia pengetahuan bisa menjadi lebih baik karena adanya perpustakaan.

“Pustakawan mempunyai nilai jual untuk bisa membantu pemustaka. Nilai lebihnya antara lain, mereka tahu cara menulis dengan benar, bagaimana menulis rujukan yang benar, bagaimana bisa menghindar plagiasi. Ilmu-ilmu ini dari dulu ada pada para pustakawan tapi dulu lebih fokus pada pustakanya saja,” tutur Guru Besar Sistem Informasi ini.

Dengan adanya revolusi 4.0 atau era distruption ini, ia mengusulkan adanya library 4.0 di mana fokus pada bagaimana membuka wawasan pemustaka lebih luas. Caranya dengan pustakawan-pustakawan ini berperan menjadi trigger atau stimulator bagaimana konten-konten lokal terbentuk. Perpustakaan juga bisa berinvestasi, untuk menyediakan kondisi atau environment orang-orang yang ada di dunia pendidikan menghasilkan konten-konten lokal. Sehingga orang yang datang ke perpustakaan lebih kaya wawasannya.

“Interaksi pustakawan nantinya menjadi 360 derajat, tidak hanya dengan pemustaka, juga dengan konten creator,” tambahnya.

(Puthut Ami Luhur /SMNetwork /CN40 )

NEWS TERKINI