image

Pakar mikrobiotik, dr Ridha Wahyutomo, Sp. MK memaparkan materi di Hotel MG Setos, Jalan Inspeksi Gajahmada Semarang. (suaramerdeka.com/ Siswo Ariwibowo)

19 April 2018 | 13:23 WIB | Medis

Enam Jenis Bakteri Jadi Ancaman Utama Pasien

SEMARANG, suaramerdeka.com - Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) belum lama ini menyatakan terdapat enam jenis bakteri atau kuman yang sering menyerang pasien. Bakteri tersebut dianggap jadi ancaman utama bagi pasien dan jadi persoalan di kalangan medis.

Keenam jenis kuman tersebut yakni,enterecoccus faecium, staphylococcus aureus, klebsiella species, acinetobacter baumannii, pseudomonas aeruginosa, dan enterobacter species.

Demikian dikatakan seorang ahli mikrobiologi klinik, Perkumpulan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) Cabang Kota Praja (Kota Semarang, Kendal, Ungaran, Kudus, Demak-Red) dr Ridha Wahyutomo, Sp.MK saat memberikan pelatihan program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) di Hotel MG Setos, Jalan Inspeksi Gajahmada Semarang, Kamis (19/4).

"Bakteri-bakteri inilah yang dihadapi kalangan medis dan menjadi ancaman utama bagi pasien. Ini seperti yang diungkapkan WHO," kata dr Ridha.

Oleh WHO, keenam jenis bakteri tersebut biasa disebut dengan istilahEskape

. Menurutnya, bakteri ini yang menyebabkan pasien mudah terserang infeksi dan juga ditemukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk menekan risiko agar tidak lebih besar, dr Ridha beserta Perdalin menghadirkan pelatihan tentang pemetaan jenis kuman yang sering ditemui di rumah sakit.

"Peta kuman ini penting. Kami menggunakan aplikasiWHO Net

berbasis Excel. Kami harapakan nantinya bisa menjadi panduan bagi dokter, perawat, bidan dan praktisi kesehatan lainnya di rumah sakit," ungkapnya.

Dijelaskan,kuman-kuman tersebut sering ditemukan di lapangan dan menyebabkan resistensi. Sejumlah upaya dapat dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut. Satu di antaranya dengan melakukan pencegahan sejak dini. Menurutnya, pencegahan yang optimal dengan memberikan antibiotik yang tepat serta mengamati tanda-tandanya.

"Ini tak ubahnya seperti solusi terapi. Dalam hal ini pemberian antimikroba memerlukan pemilihan yang sesuai dengan kondisi klinis dan pola resistensi antimikroba di rumah sakit tersebut," imbuh dr Ridha yang juga Ketua Perdalin Cabang Kota Praja tersebut.

Sementara Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RS Telogorejo Semarang, Prof Dr Hendro Wahyono M.Se, Sp.MK mengatakan, mikrobiologi dahulunya masuk di dalam kajian loboratorium kesehatan.

Namun, saat ini masuk dalam kajian klinik. Prof Hendro berpesan agar semua lembaga yang terkait selalu berkoordinasi agar mendapat hasil terbaik.

Menurutnya, terdapat sejumlah rumah sakit yang memiliki kemampuan di bidang itu. Rumah sakit tersebut yakni, di RSCM Dr Cipto Mangunkusumo, RSUP Sardjito, RS dr Soetomo, dan RSUP Dr Kariadi.

(Siswo Ariwibowo /SMNetwork /CN33 )