
PAPARKAN MATERI : Kepala Biro Suara Merdeka Kota Semarang, Zulkarnain M memaparkan materi jurnalistik di Kantor Komisi Informasi Publik (KIP) Jateng, Jalan Tri Lomba Juang No 6 Mugassari, Semarang, Minggu (1/4). (suaramerdeka.com / Siswo Ariwibowo)
Penggawa MIK Semar Dibekali Ilmu Jurnalistik
- Tingkatkan Kapasitas Personal
SEMARANG, suaramerdeka.com - Peran jurnalisme warga atau citizen journalism di era digitalisasi dianggap memberikan kontribusi positif bagi pemerintah dan masyarakat. Namun, peran serta mereka harus diimbangi dengan kapasitas sumber daya manusia (SDM), terlebih bagi petugas administrasinya.
Bertempat di Kantor Komisi Informasi Publik (KIP) Jateng, Jalan Tri Lomba Juang No 6 Mugassari, para pe¡nggawa Media Informasi Kota Semarang atau yang dikenal MIK Semar ngangsu kawruh, Minggu (1/4).
Dipimpin Dalang Utama MIK Semar, Rahmulyo Adi Wibowo, sebanyak 50 punggawa MIK Semar, mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) jurnalistik dasar. Dengan duduk lesehan, peserta dengan seksama mengikuti jalannya pelatihan yang dimulai pukul 10.00.
Salah satu narasumber dalam acara itu, Kepala Biro Kota Suara Merdeka, Fahmi Zulkarnain M, memberikan pembekalan ilmu jurnalistik. Hal itu penting bagi komunitas media sosial, seperti MIK Semar yang konsen pada pemberian informasi ke publik. Acara itu berlangsung gayeng.
Menurut Zulkarnain, ada kaidah jurnalistik yang harus dipahami dalam menulis berita seperti, etika, bahasa, dan struktur kalimat. ”Ada etikanya, seperti jangan menampilkan berita hoaks, pornografi, dan SARA. Jangan asal share. Ini berbahaya. Jangan sampai menyampaikan informasi yang sepotong-potong.
Terpenting, buatlah tulisan akurat, singkat, padat dan lugas,” katanya. Dalam pemberitaan, ada beberapa macam jenis berita, seperti straight news dan feature atau berita berkisah. Kesemuanya ini memerlukan pelatihan dan keterampilan jurnalistik.
”Menulis itu mudah, akan terasa sulit bagi mereka yang tak pernah mencoba melakukan. Oleh karena itu harus dipraktikkan,” imbuhnya. Narasumber lainnya, Johanes Christiono mengatakan, saat ini yang perlu diperhatikan media mainstream ialah keberadaan jurnalisme warga.
Ke depan, media sosial yang lebih berperan dalam menginformasikan setiap kejadian. Menurutnya, awal mula jurnalisme warga saat tsunami di Aceh pada 2004. Saat itu, salah satu warga mengabadikan peristiwa tersebut dan mengunggahnya di media sosial. Tidak disangka, unggahan tersebut menjadi viral.
Bertanggung Jawab
”Saat itu Cut Putri mem-posting kejadian tsunami Aceh. Mulailah bermunculan posting yang lain hingga akhirnya ada portal yang mewadahi,” kata dia. Berkaitan dengan jurnalisme warga, Christiono mendorong agar pengguna media sosial mampu menyajikan informasi yang akurat, bertanggung jawab dan dipertanggungjawabkan.
”Baik berita politis atau netral, semuanya tidak boleh lepas dari ketiga unsur tadi,” ujarnya. Adapun Pemilik Global Elektronik, Gouw Andi Siswanto, yang hadir dalam acara tersebut mengapresiasi diklat jurnalistik.
Menurutnya, informasi yang disebar memiliki dampak tersendiri bagi masyarakat. Oleh karena itu, dia meminta para pengguna media sosial harus paham dan berhati-hati saat mem-posting. Rahmulyo mengatakan, pihaknya melakukan sejumlah usaha terhadap setiap info yang akan diunggah.
Salah satunya, yakni memberikan pembinaan kepada anggota yang menyampaikan informasi. ”Kami bersama-sama teman lainnya menyaring terlebih dahulu postingan tersebut. Jika memenuhi syarat akan dipasang, jika tidak maka langsung dihapus,” ujarnya.
(Siswo Ariwibowo /SMNetwork /CN26 )