30 April 2018 | Edukasia

Prestasi Mahasiswa Dorong Reputasi Kampus

SEMARANG  - Prestasi yang dihasilkan mahasiswa menjadi salah satu tolok ukur reputasi kampus.

Untuk itu, kampus perlu terus mendorong mahasiswanya agar berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. ”Namun sebaliknya, jika ada mahasiswa yang melakukan tindakan tidak terpuji dan melanggar hukum, citra kampus akan buruk. Di dalam pemberitaan pasti akan disebutkan mahasiswa kuliah di mana.

Citra perguruan tinggi bisa saja jatuh hanya karena satu tindakan itu meski sudah dibangun dengan ratusan prestasi dan capaian,” ujar Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Bambang Budi Raharjo, ketika memberi arahan kepada mahasiswa, Jumat (27/4), di kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang.

Karena itu, lanjut Bambang, mahasiswa menjadi bagian penting dari reputasi kampus. Pretasi dalam tingkat lokal, nasional, ataupun internasional menjadi bukti mahasiswa aktif berkegiatan secara positif. Selain itu, prestasi juga menjadi bukti pembimbingan di kampus berjalan dengan semestinya.

Tidak ada alasan bagi kampus untuk tidak mendorong mahasiswanya berprestasi. Dia memberi arahan kepada 19 mahasiswa Unnes yang akan mengikuti Lomba Nembang Macapat dan Pidato Berbahasa Jawa Tingkat Nasional, di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, 2-3 Mei mendatang.

Delegasi Unnes untuk dua lomba itu terdiri atas 12 mahasiswa untuk lomba macapat dan tujuh mahasiswa untuk pidato berbahasa Jawa. Beberapa minggu ini mereka telah berlatih intensif didampingi sejumlah dosen Fakultas Bahasa dan Seni. Menurutnya, Unnes selama ini terus memberikan apresiasi bagi mahsiswanya yang berprestasi.

Misalnya, peraih medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) setara dengan mengerjakan skripsi. Selain itu, mata kuliah yang terkait mesti mendapat nilai A. Rektor Unnes Fathur Rokhman mengatakan, berprestasi telah menjadi tradisi bagi insan akademik kampus Berwawasan Konservasi dan Bereputasi Internasional ini.

Menurutnya, mutu dan keunggulan kampus mesti didorong dari prestasi segenap warganya. Pada era disruptif, perguruan tinggi tak lagi melihat sekat geografis sehingga menjadi bagian dari masyarakat internasional adalah keniscayaan. Untuk itu, menurut Fatkhur, pengembangan keilmuan mesti dibingkai dalam spirit internasionalisasi.

Dosen Sastra Jawa Unnes Dhoni Zustiyantoro yang menjadi salah satu pendamping mengatakan, dalam lomba yang sama yang digelar tahun lalu, kampusnya meraih 6 dari 12 piala. Dia berharap tahun ini dapat menampilkan yang terbaik.(G2-49)