image

SM/Ilyas al-Musthofa - RUTAN REMBANG : Tewasnya satu narapidana Kelas IIB Rembang pada Jumat (27/4) lalu memunculkan banyak spekulasi mengenai penyebabnya, bunuh diri atau penganiayaan di dalam rutan. (35)

30 April 2018 | Suara Muria

TELAAH

Bunuh Diri atau Penganiayaan?

  • Merunut Jejak Kematian Edo

REMBANG  - Jumat (27/4) pagi, tersiar kabar menggemparkan dari RSUD dr R Soetrasno Rembang. Seorang narapidana (napi) bernama Edo Ibnu Darmanto (27), warga Desa Jambu Kecamatan Kayen Kidul Kediri, tewas setelah mendapatkan perawatan hampir sepekan di sana.

Napi kasus kecelakaan itu dirawat di RSUD sejak Sabtu (21/4) sebelumnya. Belum jelas apa yang membuat Edo harus dirawat di rumah sakit.

Yang pasti, dia dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadar dan koma, sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhirnya. Terkait penyebab kematian Edo yang baru masuk rutan sejak sekitar sebulan lalu itu, banyak spekulasi bermunculan.

Termasuk menyeruak pertanyaan, apakah Edo korban penganiayaan di dalam kawasan rutan atau tidak. Pasalnya, kepada polisi orang tua korban sempat bertutur, ada indikasi Edo dimintai uang oleh seseorang.

Dugaan itu diperkuat dengan pesan singkat dari Edo yang meminta uang sebesar Rp 2 juta dan menyebut dirinya baru saja dipukuli hingga matanya tidak bisa melihat tulisan. Hasil wawancara sejumlah wartawan kepada KBO Reskrim Polres Rembang, Iptu Edi Sismanto sesaat setelah kematian Edo, juga mengungkap jika ada luka lebam terdapat pada sekitar bagian mata korban.

Meskipun belum jelas penyebab luka lebam tersebut, setidaknya dugaan penganiayaan di dalam rutan semakin menguat. ‘’Secara fisik korban kemarin di dekat mata ada luka lebam. Ini baru pendalaman dari outopsi Polda Jateng.

Kalau dari keluarga, korban diindikasikan kemarin itu dimintai uang. Katanya seperti itu, sehingga kami melakukan pendalaman lagi,’’ terang Edi kepada wartawan. Dugaan tewasnya korban akibat penganiayaan dibantah keras pihak rutan.

Kepala Rutan Kelas IIB Rembang, Ruspriyatno mengklaim, korban dibawa ke rumah sakit akibat percobaan bunuh diri. Edo yang menempati kamar nomor 16, mencoba bunuh diri dengan menggantung menggunakan sarung.

Ia disebut menggantung di teralis atas pintu kamar selnya saat para napi sedang menunaikan shalat Ashar berjamaah, Sabtu (21/4) sore. Namun, Ruspriyatno sendiri belum bisa memastikan kondisi korban saat kali pertama ditemukan di sel, apakah lidahnya menjulur atau tidak.

Terkait dengan pesan singkat yang ditunjukan ibu korban yang menyebut adanya permintaan uang, pihak rutan juga telah menelusuri. Kesimpulannya, nomor itu bukan nomor wartel fasilitas rutan. Saat dicoba dihubungi, nomor pun sudah tidak aktif.

Kondisi itu kembali memunculkan pertanyaan, adakah napi yang diam-diam menyembunyikan ponsel dalam tahanan. Sebab, pihak rutan sempat mengakui dulu sempat ada napi yang menyembunyikan ponsel.

Walaupun razia terkahir, tidak ditemukan ponsel dalam rutan. ‘’Nomor yang ditunjukan ibu korban, pertama itu bukan nomor Wartel Rutan. Kedua wartel tutup jam 16.00. Kami masih menduga-duga, adakah warga binaan yang menyimpan ponsel.

Karena dulu pernah ada,’’ papar dia. Ia memastikan sampai Minggu (29/4), belum ada satu pun pihak rutan, baik napi maupun petugas yang dimintai keterangan polisi dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Namun, Jumat lalu beberapa teman sel korban sempat ditanya polisi tanpa BAP. Sementara itu, Kapolres Rembang AKBP Pungky Bhuana Santoso sebelumnya mengonfirmasi jika proses autopsi atas jenazah korban sudah selesai.

Autopsi ditangani tim forensik Polda Jateng. ‘’Mohon waktu, untuk bisa menjelaskan ke rekan-rekan media. Saat ini sedang pengumpulan data dan informasi,’’ tandas Kapolres.(lee-35)