image

SM/Nugroho Pandhu Sukmono - BERJUBEL : Pengunjung berjubel menanti saat rebutan gunungan pada gelaran Garebeg Suran Baturraden, beberapa waktu lalu. (44)

15 April 2018 | Jalan-jalan

Ngalap Berkah, Tradisi Leluhur

SEPERTImasyarakat Kecamatan Baturraden memiliki tradisi ngalap berkah. Setiap Sura, mereka menggelar Grebeg Sura di 12 desa penyangga kawasan wisata itu. Sejak 2000, ritual itu dikemas menjadi atraksi wisata. Grebeg Sura dipusatkan di Lokawisata Baturraden, Desa Karangmangu, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.

Pegiat Paguyuban Masyarakat Pariwisata Baturraden (PMPB), Tekad Santoso, menuturkan rebutan gunungan adalah momentum yang dinanti-nanti.

Pengunjung dan masyarakat lokal rela berdesakan di arena itu. ”Karena sudah menjadi atraksi wisata, sebelum diperebutkan, gunungan diarak warga dan pelaku wisata.

Di arak-arakan itu ada rombongan yang membawa tumpeng robyong, kambing kendhit, dan sejumlah kesenian seperti ebeg, genjring, serta kentongan,” tutur dia.

Pengusaha warung makan itu menyatakan gunungan terdiri atas pala kependhem, pala kesimpar, dan pala gumantung. Beragam umbi-umbian, sayur, dan buah itu disusun menjadi dua gunungan setinggi 2 meter.

Ngalap berkah itu, kata Tekad, dipercaya bakal mendatangkan rezeki. Warga yang percaya, usai proses ngalap berkah, akan membawa pulang buah dan sayur saat rebutan untuk mereka konsumsi.

Biji atau benih akan mereka tanam di ladang. ”Gunungan ini simbolisasi rasa syukur masyarakat seperti dilakukan leluhur pada masa lalu.

Biji yang ditanam kembali itu dipercaya oleh masyarakat akan menghasilkan biji dan benih yang terbaik, terbebas dari serangan dan hama,” ujarnya. Dia mengatakan, yang tertarik berebut hasil bumi tidak hanya hanya warga lokal. Pengunjung juga berebut dan makan nasi penggel dalam tenong yang dibawa ke situs Baturraden.

Sesaji itu sebagai wujudf syukur masyarakat kepada Tuhan dan alam. Takir yang berasal dari kerata bahasa Banyumas nata ing pikir berarti membuat pikiran tenteram dan menghilangkan sebel puyeng.

Meski hujan, masyarakat tetap berebut gunungan. Usai berebut gunungan, kambing kendhit yang dibawa disembelih di Sungai Gumiwang sebagai sesaji.

Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, Saptono mengatakan, atraksi wisata sekaligus tradisi budaya tahunan adalah ikon kawasan wisata Baturraden.

Peringatan itu adalah tradisi turun-temurun. ”Masyarakat pengguna manfaat Baturraden selalu menggelar tradisi ini yang kami kemas dalam atraksi wisata,” katanya.(44)