image

Foto: Istimewa

14 April 2018 | 18:06 WIB | Kejawen

Kritik Mangkunegara IV untuk Para Indigo Palsu

AKHIR-AKHIR  ini makin marak orang yang mengaku mampu berinteraksi dengan makhluk halus. Popularitas seolah menjadi ladang yang subur bagi mereka untuk berlomba-lomba membuat pengakuan palsu. Dalam perspektif Kejawen, orang-orang seperti ini masuk dalam kategori penganut ngelmu karang. Bagi yang memiliki ilmu sejati, mudah saja untuk melihat kepalsuan pada diri orang-orang tersebut.

Apa itu ngelmu karang? Ngelmu karang adalah ngelmu kebatinan yang umumnya bertujuan untuk mendukung hawa nafsu belaka dalam rangka menikmati keduniawian. Pelaku ngelmu karang tidak memperhatikan kawruh sangkan paran dan kawruh memayu hayuning bawana.

Lawan dari ngelmu karang adalah ngelmu sejati. Ngelmu sejati merupakan ngelmu kebatinan (spiritual) yang menuntun manusia memahami asal-usul diciptakan sekaligus tujuannya dan kewajiban yang harus dilaksanakan selama menjalani hidup, sejak diciptakan hingga mati (kembali ke asal-usul).

Perihal ngelmu karang dijelaskan oleh KGPAA Mangkunegara IV dalam Serat Wedatama. Pada bait ke-9, diterangkan keadaan orang yang mengaku menguasai ilmu gaib, padahal sebenarnya hanya hasil karangannya sendiri saja.  

Praktik seperti ini banyak kita jumpai pada dunia perdukunan. Banyak orang mengaku mendapat bisikan gaib sehingga dapat menolong orang, padahal ilmu yang berdasarkan hal-hal tersebut bukanlah intisari dari ilmu yang sejati. Ibarat pengetahuan hanya pada kulit terluar saja, belum masuk ke hakekat.

Selengkapnya bait ke-9 adalah sebagai berikut.

Kekerane ngelmu karang,
Kekarangan saking bangsaning gaib,
Iku boreh paminipun,
Tan rumasuk ing jasad,
Amung aneng sanjabaning daging kulup,
Yen kapengkok pancabaya,
Upayane  mbalenjani.

Terjemahan secara tekstual ke dalam bahasa Indonesia:

Di dalam ilmu rekaan,
Rekaan dari hal-hal gaib,
Itu ibarat bedak,
Tidak meresap ke dalam jiwa,
Hanya ada di luar daging saja nak,
Apabila terbentur mara bahaya,
Tak dapat diandalkan (Yang disanggupi diingkari).

Petuah KGPAA Mangkunegara IV ini menjadi kewaspadaan kita semua. Ngelmu kebatinan yang digunakan untuk mencari pesugihan, aji-aji, gendam, jimat, pusaka dan sebagainya itu dalam Wedhatama dianggap kurang baik, karena dianggap melakukan persekutuan (kekarangan) dengan bangsa gaib. Pemilik ilmu sejati akan membenamkan ilmunya sehingga tak seorang pun tahu. Sedangkan yang banyak bicara biasanya adalah orang yang hanya mengaku-aku.

(Berbagai sumber /SMNetwork /CN41 )