
SM/ Maulana M Fahmi - FGD WAWASAN PANCASILA : Suasana Focus Group Discusiion (FGD) ’’Penguatan Generasi Milenia Berwawasan Pancasila” di Ruang Resto Fakultas Pariwisata Unisbank Jl Kendeng V, Bendan Ngisor, Semarang, Sabtu (7/10). (74)
Generasi Milenia Tetap Pancasilais
DALAMera generasi milenial, salah satu ciri khasnya adalah akrab dengan teknologi dan media sosial. Generasi yang biasa disebut sebagai generasi Z berusia dibawah 21 tahun ini lebih terbuka dengan pemikirannya. Maka mereka juga dengan mudah mengadopsi nilai sosial yang lebih berperilaku modern
Untuk itulah dalam kaitan dengan generasi milenia berwawasan Pancasila, generasi ini perlu memperkokoh mental berbangsa yang berkebudayaan Indonesia.
Generasi milenial sebagai generasi pemegang masa depan bangsa Indonesia perlu banyak berkenalan dengan banyak nilai dasar Pancasila. Hal tersebut menjadi intisari dalam Focus Group Discusiion (FGD) dengan tema ”Penguatan Generasi Milenia Berwawasan Pancasila” di Ruang Resto Fakultas Pariwisata Unisbank Jl Kendeng V, Bendan Ngisor, Semarang, Sabtu (7/10).
Pembicara dalam diskusi ini antara lain Pembina Yayasan Studi Pancasila dan Kewarganegaraann (YSPK) Cendekia Prof Dr Iriyanto Widisusemo MHum, Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Gunawan Permadi dan pengusaha sekaligus tokoh masyarakat Harjanto Halim serta perwakilan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Semarang. Sebagai moderator Ketua YSPK Dr Hasan Abdul Rozak yang juga Rektor Unisbank Semarang.
Harjanto Halim mengemukakan pada era generasi milenial ini mereka lebih ”mengandalkan” media sosial dalam menyerap berbagai informasi apa pun yang ada di sekitar mereka. Celakanya, tidak semua informasi yang masuk merupakan berita yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. ”Sebaliknya, terkadang berita bohong atau hoax malah lebih dipercaya kemudian di share melalui media sosial,” jelas Harjanto.
Disinilah kemudian muncul pertanyaan bagaimana dengan eksistensi Pancasila dalam era seperti sekarang ini? Jika generasi milenia dibiarkan terlena dengan gawai dan informasi ini, bukan tidak mungkin disusupi paham yang bertentangan dengan budaya dan nilai Pancasila. Bahkan, bisa saja informasi yang salah membuat generasi muda ini menjadi radikal.
“Ancaman radikal ini tidak pandang bulu, sebab kecerdasan akademis tidak berbanding lurus dengan kecerdasan spiritual,” paparnya. Menurut dia generasi milenial yang tidak dapat menyerap dengan baik nilai Pancasila akan mengakibatkan krisis makna keutamaan pandangan hidup berbangsa.
Pancasila yang semestinya menjadi spirit berbangsa dan bernegara dalam bingkai agung nasionalisme kini memang menghadapi tantangan berat yakni teknologi yang bergerak. ”Pancasila akan mengalami benturan pemaknaan nilai Pancasila dengan derasnya kemajuan teknologi dengan arus informasi tanpa batas yang akrab pada generasi milenia,” ujarnya.
Dirawat Bersama
Pembina YSPK Jateng dan Guru Besar Filsafat Undip Prof Iriyanto Widisusemo mengungkapkan Pancasila sebagai ideologi kebangsaan, maka perlu dirawat bersama. Disinilah generasi muda ditunggu peranannya untuk terus menjaga pancasila.
”Generasi muda inilah yang diharapkan menjadi jawaban dan mampu menghadirkan senyum cerah para pendiri bangsa. Generasi muda memikul tanggung jawab kebangsaan untuk terus mengawal pancasila dan melanjutkan cita-cita para pendiri bangsa,” tutur Iriyanto.
Dikatakannya, tantangan lain yang saat ini telah menggejala sedemikian hebat adalah radikalisme. Di media sosial pula dapat ditemukan bagaimana bibit radikalisme sudah mulai tumbuh, baik radikalisme etnik maupun agama. Bahkan radikalisme agama sudah menunjukkan terornya seperti peledakan bom di berbagai tempat, dan kekerasan atas nama agama.
Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Network Gunawan Permadi mengungkapkan perlu metode pendekatan perkenalan dengan cara-cara yang interaktif dan ruang-ruang perkenalan lainnya yang lebih luas kepada generasi milenia ini. Tentu sesuai dengan zaman yang kini sedang berlangsung, antara lain dengan memanfaatkan media sosial, internet dan teknologi informasi.
Harapannya, kedepan generasi milenial dapat juga memberikan penghormatan terhadap spirit awal nilai-nilai Pancasila sebagai penangkal konflik SARA, radikalisme, persoalan intoleran lainnya. ”Perbedaan pandangan antargenerasi sebaiknya tak melemahkan karakter khas yang dimiliki generasi millenial dengan tetap berlandaskan Pancasila,” ujarnya. (74)