30 April 2018 | Internasional

Kepala Intelijen Korsel Sering Bertemu Jong-il

KEPALA  Intelijen Korsel Suh Hoon tak kuasa menahan air mata saat Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in mengumumkan Deklarasi Panmunjom yang bakal mengakhiri Perang Korea, Jumat (27/4) lalu. Hasil kerja kerasnya selama dua dekade telah berbuah nyata.

Setidaknya untuk langkah pertama. Hampir 18 tahun setelah dia mengunjungi Pyongyang untuk membujuk pemimpin Korut saat itu Kim Jong-il agar menghadairi KTT pertama yang tak pernah terjadi sebelumnya di ibu kota Korut pada 2000, dia menyaksikan putra Jong-il mengikrarkan janji perdamaian di Semenanjung Korea.

Jumat lalu adalah kali pertama seorang pemimpin Korut menginjakkan kaki di bumi Korsel sejak Perang Korea 1950-1953 yang telah membagi Korea menjadi dua negara yang secara teknis masih berstatus perang.

Tonggak bersejarah itu terjadi kurang dari satu tahun setelah Presiden Korsel Moon Jae-in yang liberal mulai berkuasa dan langsung memilih Suh sebagai kepala Dinas Intelijen Nasional.

Dia dipandang tepat untuk menghidupkan lagi hubungan dua Korea yang menegang akibat ambisi peluru kendali nuklir Korut.

Suh telah mundur dari badan intelijen pada 2008 ketika pemerintahan konservatif berkuasa. "Terlalu prematur membahas pertemuan antar Korea berikutnya," kata Suh kepada wartawan pada tahun lalu, sesaat setelah ditunjuk sebagai kepala intelijen.

"Tapi kita membutuhkan pertemuan itu." Suh, yang secara pribadi membantu pertemuan dua pemimpin Korea sebelumnya pada 2000 dan 2007, dianggap sebagai pakar utama Korut. Dia dikenal sebagai orang Korsel yang paling sering bertemu dengan mendiang pemimpin Korut Kim Jong-il.

Negosiator Ulung

Lee Jong-seok, mantan menteri unfikasi Korsel, dalam memoarnya pada 2014 menyebut Suh sebagai "Negosiator Nomor Satu dengan Korut". Dia mengunjungi Pyongyang bersama Suh pada 2003 sebagai utusan khusus presiden Korsel saat itu Roh Moo-hyun.

Sementara itu John Delury, pakar Korut pada Universitas Yonsei di Seoul, mengatakan Suh tahu bagaimana negosiasi bekerja dan apa yang harus dilakukan. Istana Kepresidenan Korsel menolak mengomentari peran Suh dalam kesepakatan Panmunjom.

Sementara itu dinas intelijen tidak bisa dihubungi untuk dimintai konfirmasi. Meski demikian kiprah Kepala Intelijen Nasional Korsel itu tercatat sejak awal.

Pada Maret, Suh menjadi bagian dari delegasi beranggotan 10 orang yang mengunjungi Jong-un di Pyongyang. Pada pertemuan itu, Jong-un secara mengejutkan mengatakan bahwa dia bersedia membahas denuklirisasi dengan Presiden AS Donald Trump.

Pernyataan ini menjadi awal bagi rencana mempertemukan kedua pemimpin dua negara yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Suh kemudian yang mengatur lawatan bos intelijen Amerika Mike Pompeo yang kini resmi menjadi Menteri Luar Negeri, ke Pyongyang guna bertemu dengan Jong-un pada 31 Maret hingga 2 April.

Jaringan yang dimiliki Suh diyakini menjadi faktor keberhasilan pertemuan. Moon Hong-sik, peneliti di Institut Strategi Keamanan Nasional di Seoul mencatat bahwa Suh tak hanya berhubungan baik dengan Pompeo, tapi juga dengan Kim Yong-chol, mantan kepala intelijen militer Korut yang kini memimpin hubungan antar-Korea.(rtr-53)