30 April 2018 | Internasional

Setelah Rohingya Kini Kachin

  • 4.000 Warga Mengungsi dari Gempuran Militer

YANGON  - Myanmar kembali dihadapkan pada krisis kemanusiaan. Setelah ratusan ribu warga etnis Rohingya dipaksa menyelamatkan diri ke Bangladesh, kini giliran ribuan penduduk etnis Kachin mengungsi agar terhindar dari pertempuran antara militer dan kelompok pemberontak setempat.

Data PBB menunjukkan, sedikitnya 4.000 warga Kachin meninggalkan kawasan itu sejak awal April lalu. Angka itu tidak termasuk sekitar 15.000 orang yang telah melarikan diri sejak awal tahun lalu, dan lebih dari 90.000 orang yang tinggal di kampkamp di kedua negara bagian Kachin dan Shan sejak gencatan senjata antara pemerintah dan kelompok pemberontak Kachin berakhir pada 2011.

OCHA tidak dapat memverifikasi laporan mengenai jumlah warga sipil yang tewas dalam pertempuran. Sementara itu juru bicara pemerintah Myanmar tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.

Militer Myanmar disebut telah menggempur lokasi kubu pemberontak Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO) dengan serangan udara dan artileri.

Selain memaksa ribuan orang mengungsi, konflik itu dikhawatirkan membuat sejumlah orang terperangkap di area rawan di dekat dengan perbatasan Tiongkok. Berbagai organisasi kemanusiaan telah mendesak pemerintah untuk membuka akses bagi pasokan bantuan.

"Kami telah menerima laporan dari organisasi setempat yang mengatakan bahwa masih banyak warga sipil yang tetap terjebak di daerah- daerah yang terkena dampak konflik," kata Mark Cutts, kepala kantor koordinasi urusan kemanusiaan PBB.

"Kerisauan terbesar kami adalah keselamatan warga sipil, termasuk perempuan hamil, kaum jompo, anakanak, dan para difabel," imbuhnya. "Kami harus memastikan orang-orang ini dilindungi."

Tuntut Otonomi

Di samping menghadapi krisis Rohingya di bagian barat, pemerintah Myanmar juga menghadapi pemberontakan etnis Kachin di bagian utara. Etnis Kachin, yang sebagian besar beragama Kristen, telah memperjuangkan perluasan otonomi daerah di negara mayoritas berpenduduk Buddha ini sejak 1961.

Di sepanjang Negara Bagian Kachin dan Shan, diperkirakan terdapat 120.000 orang yang tercerai berai akibat pertempuran. Menurut laporan BBC, pemerintah Myanmar sebenarnya telah gencar berupaya menggelar kesepakatan damai dengan sejumlah kelompok etnik selama enam tahun terakhir.

Namun upaya perdamaian dengan etnik Kachin sangat alot. Bahkan, pertempuran dengan KIO terus berlangsung. Pertempuran antara militer Myanmar dan KIO berjalan secara sporadis sejak gencatan senjata dilanggar pada 2011.

Berbagai kelompok pembela HAM mengklaim pemerintah Myanmar telah meningkatkan serangan ke arah kelompok Kachin, justru ketika perhatian global memusat pada etnik Rohingya. Apalagi ketika 700.000 orang Rohingya kabur ke Bangladesh pada 2017 lalu.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan bulan lalu, tim pencari fakta PBB mencatat terjadinya "lonjakan pelanggaran dan pelecehan terhadap HAM" di Kachin.(afp,guardian,bbcmn-53)