30 April 2018 | Semarang Metro

Sinden Perempuan Dilarang Tampil

  • Mulabukane Desa Mluweh

SINDENatau penyanyi perempuan, dalam pertunjukan wayang dilarang tampil di Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Pesan larangan tersebut, sampai sekarang masih berlaku di desa yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang ini. Sebagai penggantinya, ketika ada kegiatan wayangan dalam kegiatan Sedekah Bumi Desa Mluweh, pemerintah desa selalu menyarankan agar para penabuh gamelan, atau niaga, menyanyikan beberapa tembang ringgit hingga pentas selesai. Kegiatan sedekah bumi, digelar Jumat Wage akhir Bulan Syawal, awal apit menjelang Bulan Muharam. ''Ketika sedekah bumi pun, pagelaran wayang sehari semalam tidak ada sinden. Itu sudah jadi aturan baku di Desa Mluweh, jika dilanggar bisa fatal,'' kata Kaur Kesra Desa Mluweh, Muhammad Karjuni, Minggu (29/4).

Karjuni menjelaskan, Desa Mluweh dahulu memang tidak ada. Informasi yang dihimpun dari sesepuh desa menyebutkan, wilayah yang saat ini jadi Desa Mluweh, dulunya bernama area Kebonraja. Lokasinya berbatasan langsung dengan hutan yang sekarang dikelola Perum Perhutani. Dari cerita tutur yang berkembang, kata ''Mluweh'' berasal dari ''Luweh'' yang artinya biarlah, atau tidak ada masalah.

Jalur Syiar

Sebagai mana diketahui, Desa Mluweh, dahulu memang dijadikan jalur syiar penyebaran Agama Islam oleh para wali dari Demak. Mereka berencana membangun masjid atau musala sederhana, namun gagal karena letak desa yang berada di cekungan seperti tempurung terbalik. ''Saat itu para wali mengatakan wis luweh wae, ora usah digawe masjid ning kene. Tempat ibadah itu nantinya akan dibangun mandiri oleh warga, dari kata luweh tadi dibakukan oleh warga menjadi Desa Mluweh,'' terangnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, wilayah Desa Mluweh banyak dihuni oleh warga. Saat ini tercatat ada lebih dari 1.400 keluarga yang menetap di lima dusun, meliputi Dusun Mluweh, Dusun Karanggawang, Kalilateng Timur, Kalilateng Barat, dan Dusun Tegalmiring yang kini dibakukan namanya menjadi Dusun Tegalsari. ''Tempat yang dijadikan musyawarah para wali itu, sekarang jadi Punden Setono,'' ucapnya.

Meski tidak memiliki sumber mata air, masyarakat Desa Mluweh tidak kesulitan mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan seharihari. Itu karena sudah ada jaringan air dari desa tetangga. Karena lokasinya berada di cekungan, Desa Mluweh pun banyak dikelilingi sungai yang bermuara di Laut Jawa. Di antaranya Sungai Babon, Sungai kuning, Sungai Sinanas, Sungai Tamban, Sungai Panggang, Sungai Karanggawang, dan Sungai Porang. ''Pagelaran wayang ketika Sedekah Bumi selalu dengan dalang Ki Gitogati, setelah meninggal perannya digantikan oleh anaknya bernama Ki Wisnu dan pasti tanpa sinden, jika ada sinden pasti malati,'' kata Karjuni.(Ranin Agung-51)