29 April 2018 | Fokus Jateng

Fasilitas untuk Penyandang Disabilitas Minim

SEMARANG- Berkomunikasi dengan penyandang disabilitas tuli bukanlah hal mudah. Diperlukan pemahaman sama dalam menyampaikan dan menerima pesan antara kaum normal dan penyandang disabilitas tuli.

Untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara kaum normal dan penyandang disabilitas tuli, baru-baru ini Klub Pathfinder (Pramuka) Gereja Masehi Advent Semarang yang beralamat di Jl MTHaryono 478 mengadakan acara "Pelatihan Bahasa Isyarat Bisindo (bahasa isyarat Indonesia)", baru-baru ini. "Penyandang disabilitas tuli di tiap kota seperti Jakarta, Lampung, Balikpapan ataupun Semarang mempunyai bahasa isyarat yang berbeda.

Supaya dapat mengerti bahasa isyarat yang mereka gunakan, perlu latihan terus-menerus dengan cara bertemu langsung dengan komunitas penyandang disabilitas," ungkap narasumber Deicy S Wenas yang merupakan Ketua The Unspoken Ministry.

Pada pelatihan yang diikuti oleh 60 anggota Klub Pathfinder Wilayah Semarang itu juga dihadiri oleh Ketua Gerakan Kesejahteraan Tuli Indonesia (Gerkatin) Kota Semarang, YL Teguh Santoso dan 30 penyandang disabilitas tuli Kota Semarang.

Usai pelatihan, kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan peserta dan Komunitas Tuli Kota Semarang untuk mempraktikkan bahasa isyarat yang telah dipelajari. Praktik komunikasi dilakukan dalam bentuk cek kesehatan, meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, pengecekan tekanan darah, gula darah, asam urat, kolesterol, dan konsultasi kesehatan.

"Selain keluarga penyandang disabilitas tuli, pada umumnya masyarakat kurang memahami kebutuhan saudara-saudara kita penyandang disabilitas ini. Salah satu contoh fasilitas atau peringatan umum yang belum dapat diakses oleh penyandang disabilitas tuli adalah alarm tanda bahaya/bencana.

Dijelaskan, saat ini The Unspoken Ministry bersama ADRA Indonesia dan BNPB sedang malakukan penelitian penggunaan tanda bahaya inklusi untuk penyandang disabilitas tuli. ''Semoga kegiatan pelatihan bahasa isyarat ini meningkatkan kepedulian kita kepada saudara-saudara kita penyandang disabilitas tuli," ungkap Deicy.

Sebagai kelanjutan dari pelatihan bahasa isyarat ini telah dibentuk kepengurusan The Unspoken Ministry Wilayah Semarang dan terpilih sebagai koordinator wilayah adalah Adrian Mantik. Salah satu kegiatan yang direncanakan adalah melanjutkan kegiatan cek kesehatan bagi anggota Gerkatin setiap bulan.(sp-54)