image

Foto Istimewa

23 Februari 2018 | 09:46 WIB | Tips

Kanker Payudara Bisa Dideteksi Tujuh Hari Pascamenstruasi

BANYUBIRU, suaramerdeka.com- Bahaya dan bagaimana cara deteksi dini terhadap kanker payudara terus dipaparkan oleh bidan desa di Kabupaten Semarang. Salah satunya di Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru. Dengan menggandeng bidan desa setempat, mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang, Selasa (20/2) kemarin, mulai memberikan pemahaman terkait penyakit yang menjadi momok bagi perempuan itu.

“Pesertanya lebih kurang 40 orang kader Posyandu perwakilan dari 8 dusun. Harapan kami, kegiatan di Dusun Banyudono ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kanker payudara,” kata Bidan Desa Gedong, Farida Anif Zuwanar, Amd Keb, Jumat (23/2).

Kegiatan positif ini, menurutnya layak diapresiasi dan digelar di Desa Gedong. Menyusul di desa tersebut, ada beberapa perempuan yang mengindap kanker payudara. Sebagaimana diketahui, kanker jenis ini tergolong penyakit yang menyerang perempuan pada bagian payudara yang terkena kanker. Untuk itu, menurut Farida, pengenalan dini tentang kanker sangat diperlukan untuk mengantisipasi masalah dikemudian hari.

“Kanker payudara dapat dideteksi dengan pengecekan setiap tujuh hari sehabis menstruasi, ibu bisa mengecek dengan cara meraba bagian payudara. Apabila terdapat benjolan, itu tanda awal kanker. Akan lebih baik jika segera diperiksakan ke dokter jika terdapat gejala seperti itu,” paparnya.

Selain sosialisasi bahaya dan deteksi dini kanker payudara, mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang juga menggelar pelatihan pembuatan krupuk susu bagi ibu rumah tangga di Dusun Banyudono, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru.

Pelatihan dipusatkan di rumah Kepala Dusun Banyudono, Senen. Pada prinsipnya, mahasiswa hendak berupaya memberikan inovasi kreatif pemanfaatan susu sapi murni menjadi krupuk susu.

“Kami mendatangkan pengusaha kerupuk dari Dusun Ngroto, Sumogawe, Kecamatan Getasan bernama Darni untuk berbagi pengalaman. Tujuannya agar masalah dan potensi di desa ini bisa terkover demi meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat,” kata Koordinator KKN Universitas PGRI Semarang untuk Desa Gedong, Nur Cahyono.

Selama 30 hari di lokasi KKN, dia bersama mahasiswa lain berencana bakal melaksanakan beberapa program kerja melibatkan masyarakat dan karang taruna setempat.

Ditambahkan Kadus Banyudono, Senen, apa yang dilakukan mahasiswa selama KKN sedikit banyak sudah membantu menyadarkan masyarakat. Disamping itu, potensi serta kemampuan berwirausaha warga menurutnya mulai muncul seiring dengan adanya pemetaan yang dilakukan mahasiswa KKN Universitas PGRI Semarang.

“Kegiatan tersebut sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat yang nantinya akan memajukan Dusun Banyudono dari sisi sumber daya alam maupun manusianya,” imbuh Senen. 

(Ranin Agung /SMNetwork /CN19 )