15 Maret 2018 | Bincang KADIN

Kesetaraaan Gender Lempangkan Kesuksesan

TAKsemua perempuan bisa sukses menjalankan sebuah usaha. Tentu banyak faktor yang bisa memengaruhinya, termasuk salah satunya kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat.

Gender dan Anak UKSW Salatiga menyebut, perempuan pengusaha seringkali terkendala dengan sistem dan struktur masyarakat. Tak banyak pula negara yang mendukung wanita pengusaha untuk bisa berkembang. Selandia Baru termasuk negara yang ada di urutan teratas mendukung perempuan untuk bisa maju dan berkembang. ”Indonesia ada di urutan ke-32 dalam hal ini.

Sebenarnya bukan perempuan tidak mampu, tapi sistem dan struktur masyarakatnya yang harus diubah di mana butuh keadilan gender tanpa pandang itu laki-laki atau perempuan,” k a t a Ariyanti dalam Focus Group Discussion (FGD) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jateng di Lantai 9 Menara Suara Merdeka, Jalan Pandanaran No 30, Semarang, Rabu (14/3).

Desainer ternama Anne Avantie yang juga menjadi salah satu narasumber dalam diskusi ini menyebut, perempuan haruslah kuat dan jangan mudah dijatuhkan oleh sesuatu hal yang tidak penting. ”Tak perlu menghabiskan waktu memikirkan omongan orang yang tidak penting, itu akan menguras energi. Lebih baik kita bekerja keras dan membuktikan dengan karya,” ujar Anne.

Wanita yang sudah 29 tahun berkarya itu mengaku bersusah payah membangun branding seorang Anne Avantie dan juga popularitasnya. Populer, menurut Anne, menjadi salah satu faktor kesuksesan yang tidak bisa dipisahkan dalam membangun usahanya saat ini. Anne juga menjadi ”besar” karena memanusiakan manusia dan betapa karyawan menjadi sesuatu yang sangat berharga baginya.

Di tengah kesuksesannya, Anne pun tak lupa berbagi untuk membantu mereka yang mengalami keterbatasan seperti kaum difabel, anak-anak yang kurang beruntung dan membutuhkan bantuan. ”Sejak 12 tahun lalu saya memutuskan tidak menggunakan emas berlian. Kebahagiaan bukan dari barang branded walaupun saya menjual produk premium puluhan juta. Membeli bukan karena keinginan hati tapi lebih kepada kebutuhan,” ujarnya.

Menurut dia, popularitas menjadi faktor terpenting baru diikuti kerja keras dan komitmen yang bagus. Mulai dari menjaga penampilan hingga kreativitas dengan karya yang dihasilkan. Disebutkan ”Pasar Tiban Karya Anak Negeri” misalnya, menjadi salah satu event yang paling ditunggu masyarakat. Setidaknya, satu kontainer diperlukan untuk mengirim berbagai produk itu ke seluruh Indonesia. Sudah ada 16 kali Pasar Tiban dan yang ke-17 akan berlangsung di Pakuwon Mall di Surabaya.

Berani Tampil

”Ujungnya branding, kalau tidak berani tampil dan dirasani tidak mungkin orang membeli (produk-Red) kita. Maka popularitas sekali lagi itu penting,” imbuhnya dalam diskusi yang juga dihadiri dari Bidang Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Kadin Jateng, Asry D Wibowo.

Sementara itu, Syanaz Nadya Winanto Putri yang memproduksi tas kulit dan kayu recycle (daur ulang) dengan brand Roro Kenes mengaku membangun usahanya bukan semata-mata mencari uang, tetapi juga berkah bagi orang di sekitarnya. Artisan bag maker ini melihat potensi yang sangat besar baik di pasar domestik maupun di luar negeri.

”Saya lebih suka dicacat karena dengan zona tidak nyaman akan membuat kita ditempa untuk berproses dan bertumbuh lebih baik,” papar Syanaz. Dalam merintis usahanya itu, menurut dia, Roro Kenes juga tidak diproduksi massal, hanya sebatas custom dengan hardware akesori yang masih impor. ”Untuk hardware sudah mencoba yang lokal tapi hasilnya masih belum seperti yang diinginkan. Tetapi 85% konten lokal hulu dan hilir kami gunakan supaya impact-nya lebih besar lagi untuk industri lokal,” jelasnya.

Dia menambahkan, dari penjualan tas pun sebagian disumbangkan untuk woman crysis center sebagai bentuk perhatian kepada perempuan. Dia juga mengaku terus belajar dari usaha kecil menengah (UKM) yang ada terutama saat event-event pameran di berbagai kota. ”Mari kita bela dan beli produk Indonesia,” imbau Syanaz.

Ketua Fatayat NU Jateng, Tazkiyyatul Muthmainnah menambahkan, sebagai organisasi masyarakat (ormas) perempuan yang tersebar di berbagai daerah, di mana banyak kaum wanita memiliki usaha kecil, ternyata belum semua memahami mengenai kewirausahaan yang benar. ”Di setiap kabupaten ada proyek percontohan ada UKM binaan kami banyak perempuan yang bisa diberdayakan. Perempuan berwirausaha dibolehkan sebagai pencari nafkah kedua, tetapi belum banyak yang paham soal ini,” imbuh wanita yang akrab disapa Iin ini. (Modesta Fiska-55)