image

SM/dok - JADI ASESORIS : Barang bekas yang dibuat menjadi barang unik, seperti menjadi ecobrick, bisa menjadi asesoris dalam sebuah pernikahan.

30 April 2018 | Suara Banyumas

Pesan Cinta Lingkungan dari Sebuah Pernikahan

RABU(25/4), sebuah pernikahan yang di dalamnya terkandung pesan cinta lingkungan digelar di sebuah rumah di Jl Sadang, Gang Rosela, Kelurahan Gumilir, Kecamatan Cilacap Utara. Adalah pernikahan sepasang pengantin, Sofi Nurachman dan Sri Maíidah, yang dalam pernikahannya berusaha menyampaikan pesan cinta lingkungan ini.

Ini setidak-tidaknya terlihat dari pemakaian botolbotol bekas berisi sampah plastik atau yang populer disebut ecobrick sebagai aksesori dalam piranti pernikahan tersebut. Termasuk untuk kursi pelaminan yang digunakan dalam pernikahan ini terbuat dari tumpukan botol-botol ecobrick.

Tak hanya itu, busana pengantin yang dikenakan juga berasal dari sampah plastik bekas. ‘’Ide pemanfaatan sampah-sampah plastik ini dari aktivis lingkungan di Bank Sampah Mandiri Cilacap, yang kebetulan istri saya bekerja di sana,’’ kata mempelai pria, Sofi, kepada wartawan.

Cukup Unik

Bagi dia, ide pemanfaatan sampah plastik sebagai aksesori pernikahan ini cukup unik, menarik, dan jarang. ‘’Harapannya melalui pemanfaatan sampah plastik di acara pernikahan ini turut berkontribusi mengurangi pencemaran sampah plastik di lingkungan sekitar,’’ kata dia.

Sementara itu, Direktur Bank Sampah Mandiri Cilacap, Mohammad Nurhidayat, menyambut baik kesanggupan kedua pengantin menggunakan botol-botol ecobrick dan sampah plastik sebagai aksesoris dalam pernikahan ini. Ini sejalan dengan upaya mengampanyekan gerakan 10.000 ecobrick.

‘’Kampanye yang digelar saat ini adalah gerakan 10.000 ecobrick dari Cilacap untuk Indonesia demi mengurangi pencemaran sampah plastik,’’ kata Mohammad Nurhidayat.

Kebetulan, tambah dia, pengantin perempuan adalah tim dari Bank Sampah Mandiri Cilacap. Maka pihak mereka mendukung penuh penggunaan botol ecobrick dan busana plastik sebagai aksesori dalam pernikahannya.

‘’Ini sekaligus menjadi media penyebarluasan gerakan kami,’’ tambahnya. Dia mengatakan, untuk keperluan kursi pelaminan ini dibutuhkan 181 botol ukuran 1,5 liter dan 600 ml.

Di dalam semua botol termuat sampah plastik yang bobotnya sampai 40 kg. Sementara itu, untuk busana pengantin, jelas Mohammad Nurhidayat, untuk busana pengantin pria dan wanita ada pemakaian karung bekas dan plastik bekas.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cilacap, Adjar Mugiono, menyambut baik ide kreatif pemanfaatan sampah dalam acara ini.

‘’Kebetulan pengantin pria adalah karyawan di DLH. Mengingat belum ada kursi pelaminan, maka pihak DLH dan Bank Sampah Mandiri menawarkan konsep busana dari limbah plastik dan pelaminan dari botol ecobrick. Keduanya tidak keberatan,’’ kata Adjar Mugiono.

Diharapkan melalui kegiatan ini masyarakat akan makin cinta lingkungan. Masyarakat juga diharapkan akan makin memanfaatkan barang bekas yang selama ini terbuang.(Mohamad Sobirin-46)