29 April 2018 | Arsitektur

Penyeberangan Sebidang Berbasis Keselamatan Pejalan Kaki

  • Oleh Gatoet Wardianto

PEJALANkaki menyeberang setidaknya satu kali dalam perjalanannya di trotoar yaitu ketika lintasan terputus oleh jalan kendaraan bermotor di pertigaan atau di persimpangan. Atau paling tidak dua kali menyeberang ketika pejalan kaki mengakses suatu tujuan di seberang jalan kemudian harus kembali lagi ke titik asal perjalanan. Salah satu hal yang mengurangi kenyamanan pejalan kaki adalah ketika harus menyeberang. Ada rasa cemas ketika harus menyeberangi jalur kendaraan bermotor.

Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah mengenai keselamatan dirinya dari kemungkinan mengalami kecelakaan lalulintas. Oleh karena itu para ahli transportasi berusaha merancang fasilitas penyeberangan yang dapat menjamin keselamatan pejalan kaki ketika harus menyeberangi jalur kendaraan bermotor.

Fasilitas penyeberangan khususnya yang sebidang dengan jalur kendaraan bermotor harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan rasa percaya diri dan rasa aman kepada pejalan kaki untuk menyeberang. Baik bagi pejalan kaki pada umumnya, pejalan kaki lanjut usia dan anak-anak, serta pejalan kaki berkebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda, pejalan kaki tuna netra, tuna rungu maupun tuna graita.

Tingkat keselamatan pejalan kaki saat menyeberang didukung oleh ketersediaan lintasan penyeberangan dan perlengkapan penunjang berupa rambu-rambu, signal-signal, dan lampu-lampu sesuai kebutuhan dan syarat teknisnya. Konsep dasarnya fasilitas penyeberangan harus dipertimbangkan dari sisi pejalan kaki yang harus menyela lalu-lintas kendaraan bermotor dan dari sisi pengemudi kendaraan bermotor yang terinterupsi mobilitasnya oleh adanya aktivitas penyeberangan.

Pejalan kaki normal memerlukan waktu 4-6 detik untuk menyeberangi jalan dua jalur selebar kurang lebih 7 meter. Pejalan kaki lanjut usia dan anak ñ anak butuh waktu lebih lama, sekitar 6-10 detik, sedangkan pejalan kaki dengan kebutuhan khusus memerlukan waktu sekitar 10- 12 detik. Untuk kepastiannya disarankan untuk melakukan pengukuran di lapangan. Maka untuk menjamin keselamatan pejalan kaki menyeberang, harus dapat dimungkinkan waktu tempuh untuk menyeberang tersebut.

Tanda Peringatan

Di lain pihak pengemudi harus memiliki jarak pandang yang cukup untuk dapat melihat adanya fasilitas penyeberangan serta tanda-tanda peringatan berupa rambu, signal, atau lampu. Dengan demikian pengemudi mempunyai cukup waktu untuk memperlambat kendaraan ketika ada pejalan kaki yang menyeberang.

Pengemudi dengan kecepatan kendaraan 40 km/jam (kecepatan maksimum dalam kota) memerlukan jarak pandang 35 meter, dan secara umum memiliki kesempatan reaksi mengurangi kecepatan selama 2 detik. Fasilitas lintasan penye- Penyeberangan Sebidang Berbasis Keselamatan Pejalan Kaki Oleh Gatoet Wardianto berangan adalah berupa zebra crossing. Akan tetapi zebra crossing itu sendiri tidak mudah terlihat oleh pengemudi kendaraan bermotor.

Oleh karena itu diperlukan penanda (signage) pendukung yang dapat dilihat oleh pengemudi sebelum ia dapat melihat keberadaan zebra crossing. Dalam jarak tertentu dari lokasi zebra crossing harus sudah bisa dilihat tanda peringatan bahwa akan ada lokasi penyeberangan pejalan kaki.

Sedangkan pada lokasi penyeberangan dipasang perlengkapan pembantu yang dapat dikenali oleh pengemudi berupa lampu dan/atau signal yang memberikan tanda lokasi sebenarnya dari zebra crossing. Pada lokasi dimana jumlah dan frekuensi penyeberang dan/atau kepadatan lalu lintas cukup tinggi dipasang signal waktu untuk menyeberang yang disertai suara dan lampu kedip.

Signal suara diperlukan bagi pejalan kaki tuna netra karena ia tidak bisa melihat signal lampu. Suara signal berbunyi dan lampu berkedip selama waktu tertentu sebagai tanda memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang dan pengemudi berhenti untuk memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang. Signal suara dapat dioperasikan otomatis secara berkala dalam jarak waktu tertentu, atau dioperasikan berdasarkan kebutuhan yaitu melalui tombol pengoperasian. (63)

Gatoet Wardianto| Dosen Universitas Pandanaran Semarang; Penulis buku ”TRILOGI TROTOAR”