image
07 April 2018 | Ekspresi Suara Remaja

BACA BUKU

Kolaborasi Ciamik Bernama Kala

”Kala memang luar biasa. Setidaknya itu bisa terlihat dari banyaknya eksemplar yang dicetak oleh penerbit. Menurut sumber dari Gradien Mediatama, Kala kini telah memasuki cetakan keenam pada Maret lalu dan terjual belasan ribu.”

JANGAN  menilai buku dari sampulnya. Barangkali ungkapan ini sudah diamini banyak orang. Tapi bagaimanapun, kadang hal itu diulangi. Setidaknya itu yang terjadi pada Bemandry, musisi asal Garut yang lama tinggal di Yogyakarta. Pada sebuah acara di Yogyakarta beberapa waktu lalu, dia mengungkapkan tertarik dengan novel Kala kali pertama karena sampulnya.

Setelah itu, dia membeli dan membaca dan semakin tertarik hingga kemudian memutuskan membuat lagu berdasar kisah tersebut. Pengalaman Bemandry mungkin pernah terjadi pada setiap orang. Khusus tentang Kala, sepertinya memang tak salah.

Sampul buku ini memang memikat. Dengan warna dominan hitam, buku ini tentu langsung menarik perhatian. Sementara dua helai daun berwarna- warni di bagian tengah serta judul buku di bagian bawah dan nama penulis di pojok kanan atas menunjukkan pembagian ruang yang merata.

Sebelum membahas isi, salah satu penulis buku ini (buku ini ditulis oleh dua orang yang sama-sama aktif di media sosial tumblr) pernah mengungkapkan kisah di balik karya. Stefani Bella (@hujanmimpi) pernah menulis di lamannya bahwa buku ini bermula pada akhir 2016 saat dia diajak Syahid Muhammad (@eleftheriawords) untuk menulis sebuah buku bersama.

Semula, buku dimaksudkan sebagai kumpulan prosa. Semula, kumpulan tulisan itu berjumlah sekitar 500 halaman. Akhirnya, jadilah novel setebal 300-an halaman yang semua diselesaikan dalam waktu satu bulan.

Meski harus dipotong lebih dari seratus halaman, kisah yang dibawakan novel ini tetap menarik. Dede Supriyatna, penulis asal Jakarta mengungkapkan dalam tulisannya, Kala mampu menghadirkan kisah yang menceritakan dua sisi secara intens.

Kisah-kisah itu lahir lewat sudut pandang antara Saka dan Lara, sepasang anak manusia yang ditakdirkan oleh semesta menjadi sesuatu yang menarik. ”Masing-masing penulis memiliki caranya tersendiri, bahasa dan gaya pun unik.

Mereka, sejatinya menjadi representasi dua sudut pandang yang ada di dalam cerita, yaitu dari sudut pandang laki-laki (Saka) yang merasa meninggalkan/melukai dan sudut pandang perempuan (Lara) yang merasa ditinggalkan/ dilukai,” tambah Dede.

Keunggulan lain novel ini menurutnya adalah tema cerita yang kekinian dan mewakili kegelisahaan anak muda. Selain itu, dia menyukai diksi yang dipilih. Sebab tidak banyak penulis muda yang mampu menuliskan sebuah cerita dengan diksi yang demikian, namun tetap nyaman untuk diikuti dan dinikmati.

Kala memang luar biasa. Setidaknya itu bisa terlihat dari banyaknya eksemplar yang dicetak oleh penerbit. Menurut sumber dari Gradien Mediatama, Kala kini telah memasuki cetakan keenam pada Maret lalu dan terjual belasan ribu.

Pada masa dimana gawai terlihat lebih sering rekat di tangan dibanding buku, catatan itu tentu menakjubkan. Selain itu, roadshow buku tersebut di beberapa daerah juga selalu dihadiri banyak pengunjung. Belum lagi, mereka yang hadir di media sosial milik penerbit maupun penulis.

Karena itu, saat buku kedua dari novel ini, Amor Fati, resmi diluncurkan baru-baru ini, banyak pembaca yang langsung menyerbu. Kisah Saka dan Lara memang seolah mewakili kegelisahan mereka, para pembaca, pada cinta, pada hidup, pada kemanusiaan.(Adhitia Armitrianto-63)

Judul Buku: Kala
Penulis: hujanmimpi & eleftheriawords (Penulis Tumblr)
Penerbit: Gradien Mediatama
Cetakan: Keenam, Maret 2018.
Tebal: 348 hlm
ISBN: 978-602-208-155-5