image

SM/Dini Failasufa - BERDIKUSI : Peserta FGD Biennale Jateng #2 2018 berdiskusi di Jalan Pangeran Diponegoro 74, Magelang, Jateng, Minggu (25/2). (55)

26 Februari 2018 | Focus Group Discussion

Seni Rupa Menjadi Unggulan Ekonomi Kreatif Jateng

MAGELANG- Pameran seni rupa dua tahunan, ”Biennale Jawa Tengah #2 2018” terus dipersiapkan. Para penyelenggara dan pihak terkait menggelar Focus Group Discussion (FGD) di rumah pemilik OHD Museum, Oei Hong Djien, Jalan Pangeran Diponegoro No 74, Magelang, Sabtu (24/2).

Kegiatan yang digelar kali kedua ini dijadwalkan dilaksanakan akhir 2018 dengan tema ”The Future of History” di Kota Lama, Semarang.

”Ini FGD kedua, kali pertama digelar di Hotel Star Semarang. Terkait Biennale Jateng perlu merumuskan dan mempertajam yang sudah dibahas selama ini.

Suara Merdeka sendiri mempunyai FGD yang biasanya membahas politik. Sebagai organisasi media, Suara Merdeka sangat dekat dengan proses kreatif. Kami ingin berdekatan dengan insan kreatif, seniman tentu termasuk.

Supaya kami tertular semangat kreatifnya, inovasi, gagasan,” kata Ketua Komunitas Pewarta Perupa Jawa Tengah (KP2JT) dan Pemimpin Redaksi Suara Merdeka, Gunawan Permadi.

Kurator Biennale Jawa Tengah #2 2018, Djuli Djatiprambudi mengatakan, harus ada kesadaran risiko manajemen dan kesediaan sumber daya harus dihitung. Komitmen yang tinggi didukung sumber daya akan menghasilkan hal baik. ”Biennale Jateng harus mempunyai gaya konsep sendiri, supaya berbeda dari Biennale lainnya,” kata Djuli.

Saat ini, lanjut dia, ada sekitar 30 perupa yang sudah didata dan dipelajari perjalanannya di tingkat nasional maupun internasional. Karya perupa yang dihadirkan akan digunakan sebagai sarana pendidikan untuk masyarakat. ”Bagi kami, Biennale itu mempunyai efek yang tinggi.

Efek sosial, budaya, politik, identitas, dibangun khusus, mempunyai makna kontemporer. Sejarah seni rupa akan mencatat, dalam bab tertentu tentang pertumbuhan infrasturktur seni. Tumbuhnya kurator baru,” paparnya.

Eksplorasi Sejarah

Kurator lainnya, Wahyudin membahas tentang tema yang mempunyai arti masa depan sejarah. Tema tersebut memunculkan eksplorasi platform sejarah. Seniman yang dipilih adalah yang mempunyai karya dengan kecenderungan artistik tentang sejarah. ”Antologi sejarah Nusantara lewat seni rupa,” tutur Wahyudin.

Kasubdit Seni Rupa, Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Susiyanti berjanji akan menindaklanjuti hal yang sudah diprogramkan. ”Ini menjadi tanggung jawab kami,” ucap Susiyanti.

Kasi Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Hendrawan Purwanto menerangkan, pihaknya mengajukan ke Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

”Dalam waktu dekat kami akan kembali ke Bekraf untuk hal ini,” ungkapnya. Kepala Seksi Pameran dan Kemitraan Galeri Nasional Indonesia, Zamrud Setya Negara menjelaskan, pihaknya di Biennale Jateng #2 2018 mengambil peran di bidang pendidikan.

Dia mengungkapkan, lima tahun terakhir di ruang pameran terjadi masalah yang tidak terhindarkan. ”Apresiasi pengunjung sangat banyak.

Mirisnya, banyak pengunjungnya, tapi tidak tahu diperlakukan seperti apa. Efeknya, muncul pengunjung yang datang hanya sekadar untuk berswafoto,” tutur Zamrud. Menurut dia, hal itu mempunyai hal positif di sisi publikasi gratis.

Namun, masalah yang berkelanjutan juga muncul. ”Pengunjung banyak yang tidak mengerti memperlakukan karya yang dipamerkan. Kami menggelar program bimbingan dan edukasi bertajuk ‘Menjadi Apresiator Seni yang Terhebat’.

Fokus pada peningkatan kualitas apresiator dalam mengapresiasi karya seni rupa, meliputi pembekalan tentang cara, sikap, dan perilaku dalam mengapresiasi karya seni rupa dalam suatu pameran. Pelajar dicetak menjadi lakon, guru menjadi model,” bebernya.

Pemilik Semarang Contemporary Art Gallery dan Steering Committee Biennale Jawa Tengah #2 2018, Chris Darmawan membahas tentang persiapan waktu dan dukungan dana. Termasuk tentang memilih seniman dan karya yang pantas dipamerkan di Biennale Jawa Tengah #2 2018.

Sementara itu, perupa dari Magelang dan Steering Committee Biennale Jawa Tengah #2 2018, Deddy PAW memberi pandangan tentang pentingnya publikasi di berbagai media.

Dokumentasi dan ulasan akan menguatkan kegiatan. ”Media adalah dukungan yang baik untuk penyelenggaraaan pameran. Harus tidak di satu media tentunya,” tandas Deddy.(akv-55)